Toilet Training Untuk sang Buah hati
Blog post description.
BALITA
10/11/20244 min read
Alhamdulillah setelah dicoba beberapa lama dalam menjalani training, akhirnya si sulung berhasil juga lulus ujian pertengahan dari pelatihan besar bernama “toilet training”. Tulisan ini mencoba untuk berbagi sedikit pengalaman dalam menemani ananda tercinta melewati fase kehidupan yang penting ini (lebay mode:on). Harapannya sahabat-sahabat dapat menjalani pelatihan ini lebih singkat dan lebih menyenangkan. Kenalkan konsep buang air kecil/besar
Hal pertama yang wajib dikenalkan kepada sang buah hati adalah istilah buang air besar atau buang air kecil itu sendiri. Penggunaan diaper terkadang membuat sang buah hati abai atas kejadian-kejadian yang ia alami, terutama urusan buang air kecil. Oleh karena itu, fase persiapan pertama yang wajib dilakukan adalah memahamkan ananda akan istilah buang air ini. Pengalaman kami, si sulung sudah terlebih dahulu paham istilah buang air besar (i.e., ee) dibandingkan buang air kecil. Oleh karena itu butuh beberapa waktu untuk mengenalkan istilah buang air kecil ini. Parameter sederhana dari fase ini adalah dia mengucapkan kata-kata buang air besar (misal : ee) ataupun buang air kecil (misal : pipis) ketika akan/sedang/setelah melakukannya. Pada fase ini tidak perlu terlalu menuntut agar si kecil mengucapkannya sebelum melakukan buang air, karena fase pertama ini harus difokuskan terlebih dahulu pada pengenalan istilah buang air kecil/besar terlebih dahulu. Melepas diaper dapat membantu untuk mengenalkan lebih cepat istilah buang air ini ke buah hati.
Kenalkan istilah toilet
Fase kedua dari toilet training adalah mengenalkan ananda akan lokasi untuk buang air kecil atau buang air besar. Setelah memahami istilah buang air, ajak ananda untuk mengenal lokasi yang tepat untuk “pipis” atau “ee”. Pengalaman kami, pengenalan dengan baik dan menyenangkan lokasi buang air sangat menentukan keberlangsungan pelatihan ini. Buatlah lokasi buang air sebagai tempat yang menyenangkan serta tidak menakutkan bagi sang buah hati, tempel gambar-gambar yang membuat hatinya senang atau gambar-gambar yang memotivasi dia untuk buang air di toilet. Membuat toilet menjadi tempat menyenangkan merupakan salah satu kunci sukses toilet training, pengalaman kami, sang ananda rupanya sangat tidak nyaman dengan toilet yang ada, dan lebih nyaman untuk buang air di kamar mandi yang lebih luas, dan terang.
Pada fase ini pula, mulailah secara perlahan-lahan untuk mengajarkan perasaan atau tanda-tanda yang ia rasakan manakala ingin membuang air. Ajarkanlah kata-kata yang mudah untuk mengajak buang air ke toilet, misal “pipis/ee ke toilet”, atau “pipis/ee bilang”. Beberapa parameter sukses dari fase ini adalah tidak takutnya ananda untuk pergi ke toilet, dapat mengungkapkan tanda-tanda sebelum ia ingin buang air, serta berhasil sesekali dalam buang air di toilet. Meskipun sang ananda sudah mulai memahami tanda-tanda serta terkadang berhasil untuk buang air ditoilet, jangan tuntut sang buah hati untuk selalu berhasil buang air ditoilet, karena merubah kebiasaan tetap saja membutuhkan waktu.
Rutinkan buang air di toilet
Fase selanjutnya dari pelatihan ini adalah merutinkan sang ananda untuk buang air di toilet. Salah satu tips dalam merutinkan hal ini adalah memberikan pujian berulang, tepuk tangan, hingga hadiah manakala sang buah hati berhasil buang air di toilet. Fase ini dapat pula dilatih dengan mengajak sang buah hati selama selang waktu tertentu (misal satu atau dua jam sekali) untuk buang air di toilet. Meskipun anak sulung kali, lebih cenderung senang untuk diajak ke toilet manakala terlihat tanda-tanda sedang menahan pipis atau mengucapkan kata buang air. Parameter sukses tahap ini adalah, sang buah hati telah rutin hingga selalu buang air di toilet, mampu merasakan serta menahan ketika ingin buang air.
Jika menempatkan diri saya pribadi pada posisi sang buah hati, saya yakin proses ini bukanlah proses yang mudah, bahkan cenderung menakutkan. Karena sang buah hati seolah-olah sedang dituntut untuk merubah kebiasaan yang sudah dia lakukan selama setahun atau dua tahun belakang. Oleh karena itu berikut beberapa tips bagi orang tua agar dapat menjalani tahap ini secara menyenangkan.
Sabar, bahagia dan jangan menuntut
Ini merupakan tips pertama yang sangat penting dalam pelatihan ini. Buatlah fase ini dengan sangat menyenangkan, ciptakan lagu-lagu dalam mengiringi fase ini dan yang paling penting jangan menuntut sang buah hati untuk segera berhasil dalam pelatihan ini. Ingatlah bahwa sesungguhnya tanpa diajarkan pun, kemampuan ini akan hadir secara alamiah. Oleh karena itu, setiap anak pasti bisa melakukannya.
Mulailah di musim semi menjelang musim panas
Jika berada pada negeri empat musim, ada baiknya memulainya ketika musim semi menjelang musim panas. Pengalaman kami memulai toilet training ketika musim dingin atau musim gugur cukup menyulitkan. Karena kecenderungan sang buah hati untuk buang air kecil lebih besar, serta keenganan dia untuk menuju toilet karena suhu yang dingin.
Jauhkan karpet-karpet yang sulit dibersihkan
Bau pesing yang menyeruak kemana-mana merupakan salah satu ciri pelatihan ini. Oleh karena itu, ada baiknya orang tua menganti karpet yang sulit dibersihkan dengan yang lebih mudah dibersihkan (misal: karpet puzzle).
Siapkan pakaian ganti yang lebih banyak
Fase-fase awal toilet training akan lebih banyak diisi oleh cerita pipis/ee di celana, oleh karenanya menyiapkan pakaian ganti, termasuk celana dalam, amatlah penting pada pelatihan ini.
Ajak melihat teman yang sudah berhasil
Ini tips lain yang mungkin dapat dicoba, meskipun orang tua sekali lagi tidak boleh menuntut sang ananda untuk menyamai temannya yang telah berhasil. Akan tetapi orang tua wajib berperan dalam memotivasi sang ananda.
Mulailah ketika sang ananda siap
Pertanyaan kapan memulai merupakan pertanyaan yang cukup sulit untuk dijawab, karena perbedaan pencapaian tumbuh kembang sang buah hati. Ibu kami dahulu berhasil sejak usia kami satu tahun, cerita kawan-kawan lain ada yang satu setengah tahun, dua tahun, bahkan tiga-empat tahun. Oleh karena itu, orang tua yang paling paham kapan sang ananda siap menjalani fase ini. Ketika sang ananda terlihat sangat tertekan dalam menjalani proses ini, ada baiknya menghentikannya sementara sampai sang buah hati kembali bahagia menjalani tahap ini. Beberapa indikasi siap adalah mampu mengucapkan kata-kata pipis/ee atau mengungkapkan perasaan seperti menunjuk, berlari dan sebagainya.